real money, real paid
Friday, January 30, 2015

Kancil dan Buaya
Kancil dan Buaya
    Sejak jaman dahulu kancil merupakan binatang yang paling cerdik di hutan. Banyak binatang yang datang minta pertolongan dan nasihat bila mereka menghadapi masalah. Namun walau ia jadi tempat bertanya dan meminta nasihat, tak sekalipun ia bersikap sombong.

Sebaliknya kancil malah semakin ramah dan banyak berteman. Suatu hari Kancil berjalan-jalan di hutan mencari makanan. Karena makanan di dekat tempat tinggalnya telah berkurang, Kancil berencana mencarinya di tempat yang agak jauh. Hari itu cuaca sangat panas sehingga Kancil merasa haus setelah berjalan cukup jauh. Maka ia berusaha mencari sungai untuk mendapatkan minuman. Setelah menjelajahi hutan akhirnya Si Kancil menemukan sungai yang sangat jernih airnya
. Tanpa pikir panjang Si Kancil langsung minum sepuas-puasnya. Dinginnya air sungai telah memberinya kesegaran.

Setelah minum Si Kancil meneruskan perjalanannya dengan menyusuri tepian sungai. Hal ini ditempuhnya karena ia bisa dengan gampang mendapatkan minuman bila haus dan istirahat dibawah pohon bila kelelahan.

Karena tak kunjung memperoleh makanan yang dicarinya, Kancil beristirahat sambil menghibur diri. "Aku harus bersabar jika ingin mendapat makanan yang lezat dan nikmat." Dan setelah badannya segar kembali ia pun kembali menyusuri tepian sungai. Sesekali dimakannya daun-daun yang dijumpainya di perjalanan.
Adakalanya kancil menemukan kebun buah yang sedang masak ranum di seberang sungai, namun ia tak bisa menjangkaunya karena kancil tak mampu berenang.

"Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut," fikir Si Kancil.

Sambil berhenti Kancil terus berfikir mencari akal untuk menyeberangi sungai yang sangat dalam lagi deras arusnya. Tiba-tiba Si Kancil melihat buaya yang sedang berjemur di pinggiran sungai. Memang sudah jadi kebiasaan para buaya, bila hari panas ia berjemur untuk mendapat cahaya matahari.
Tanpa membuang kesempatan, Si Kancil terus menghampiri buaya yang sedang berjemur.
"Hai Buaya sabahatku, apa khabarmu hari ini?" Buaya yang tengah asyik menikmati cahaya matahari terus membuka mata dan mendapati sang kancil yang menegurnya.
"Khabar baik sahabatku Kancil," sambung buaya lagi "Ada kepetingan apa sampai kamu datang ke mari?"

"Aku membawa kabar gembira untukmu," jawab kancil.
Tentu saja buaya tidak sabar ingin mendengar kabar yang dibawa oleh Si Kancil. "Ceritakan padaku, kabar apa yang kau bawa itu?"

"Aku diperintahkan Raja Sulaiman supaya menghitung buaya yang ada di sungai ini'" kata kancil segera. "Raja Sulaiman ingin memberi hadiah kepada semua buaya di sini," lanjut kancil.
Karena mendengar nama Raja Sulaiman, para buaya pun keheranan. Tapi buaya itu pun percaya.

"Baiklah, kamu tunggu di sini dulu Cil. Aku akan memanggil semua kawan-kawanku," kata Buaya.

Sementara buaya menyelam dan memanggil teman-temannya, Si Kancil mulai membayangkan rasanya menikmati buah-buahan yang terlihat segar di seberang sungai.
Tidak lama kemudian datanglah semua buaya yang tinggal di sungai itu. Mereka berkumpul di pinggir sungai.

Sang Kancil berkata, "Hai buaya semuanya, aku telah diperintahkan oleh Raja Sulaiman agar menghitung jumlah kamu semua. Ketahuilah, Raja Sulaiman akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini." Kancil pun segera melanjutkan, "Agar aku mudah menghitung kalian, berbarislah kamu berjajar melintasi sungai ini, mulai dari tepi sebelah sini hingga tepi sebelah sana."

Karena taat pada perintah yang datangnya dari Raja Sulaiman, semua buaya segera berjajar tanpa ada yang membantah. "Sekarang hitunglah, kami sudah siap," kata Buaya yang paling besar.

Si Kancil pun mengambil sepotong kayu yang ada di dekatnya kemudian mulai melompat di atas buaya yang pertama sambil menghitung keras-keras. "Satu, dua, tiga, ... awas, semuanya akan aku ketuk kepalanya," kata kancil sambil mengetuk kepala buaya. Sambil menghitung dan mengetuk kepala buaya, kancil akhirnya tiba di seberang sungai. Begitu sampai di seberang, si kancil langsung melompat ke daratan dan bersorak gembira.

"Hai buaya-buaya sekalian, tahukah kamu bahwa aku telah menipumu? Sebenarnya tidak ada hadiah yang akan diberikan Raja Sulaiman. ha... ha... ha..."

Mendengar kata-kata Si Kancil, buaya-buaya itu pun marah bercampur malu. Mereka bersumpah tidak akan membiarkan kancil bila bertemu lagi. Sementara itu Si Kancil terus melompat kegirangan dan meniggalkan buaya-buaya yang marah-marah. Sementara kancil mulai menikmati buah-buahan yang sedang masak dan ranum itu, buaya-buaya itu kian berkobar kemarahannya. Bahkan mereka masih mendendam sampai sekarang.
Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

0 comments:

Post a Comment